Peristiwa nahas truk besar di Balikpapan yang menabrak mobil-mobil dan menggilas sejumlah pengguna sepeda motor masih dalam proses penyelidikan.
Achmad Wildan, investigator senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, mengatakan bahwa pihaknya saat ini dalam tahap pembicaraan penegakan hukum.
“Terkait peristiwa di Balikpapan, kami sudah melakukan investigasi dan malam ini kami akan bertemu dengan Kakorlantas dan timnya untuk membicarakan terkait penegakan hukumnya dan kami juga akan melakukan beberapa integrasi,” ujarnya.
“Pada saat kendaraan bergerak, di jalan mendatar dan menurun itu berbeda. Kalau di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin. Sementara di jalan menurun, gerakan kendaraan dipengaruhi daya gravitasi,” kata dia.
Ketika kita mengerem di jalan datar menggunakan service brake dengan rem pedal, maka putaran mesin menurun, berhenti, dan akan selesai.
“Tidak demikian halnya pada saat jalan menurun. Kita ngerem, dengan pedal, kemudian roda berhenti, pedal diangkat. Itu akan didorong lagi oleh daya gravitasi. Artinya itu nggak akan selesai,” ujarnya.
Maka dari itu, saat berada di jalan datar, pegemudi semestinya menggunakan service brake, yaitu rem pedal atau rem kaki. Namun di jalan menurun, jangan gunakan itu.
“Gunakan namanya auxiliary brake, rem pembantu. Bentuknya apa? Ada engine brake, ada exhaust brake, ada namanya retarder yang terbaru,” ujarnya.
Apa dampaknya jika pengemudi mengabaikan hal itu? Menurut dia, hampir 90% lebih kecelakaan rem blong bus dan truk terjadi di jalanan menurun dan semuanya terjadi karena pengemudi mengabaikan rem pembantu tersebut.
“Apa yang terjadi? Akan ada tiga hal yang dihadapi pengemudi, pertama brake fading itu kampasnya panas. Ketika kampas panas jadi licin, roda tetap berputar di rem. Ketika saya tanya pengemudinya apa yang bapak rasakan? Saya bisa ngerem, tapi roda mutar. Contohnya kecelakaan bus Padma di Sumedang,” paparnya.
Yang kedua, angin tekor. Dalam hal ini, yang dirasakan pengemudi adalah pedal “mbagel”, keras, tidak bisa diinjak.
‘Yang ketiga vapor lock, yaitu minyak remnya mendidih karena kandungan airnya dalam minyak rem sangat tinggi. Contohnya di Cikidang. Jadi ketika seorang ngerem berkali-kali di jalan menurun, itu akan menghadapi tiga itu,” kata dia.