Kabar mengenai Balikpapan yang sedang mengkaji ulang opsi desalinasi air laut sebagai alternatif sumber air bersih menunjukkan betapa pentingnya upaya mencari solusi jangka panjang terhadap krisis air yang kian meningkat. Desalinasi, yaitu proses menghilangkan garam dari air laut untuk menghasilkan air bersih, dianggap sebagai salah satu opsi paling potensial untuk kota-kota pesisir seperti Balikpapan, terutama mengingat pertumbuhan populasi dan meningkatnya kebutuhan air.
Balikpapan selama ini sangat bergantung pada sumber air tawar seperti bendungan dan sungai untuk memenuhi kebutuhan warganya. Namun, perubahan iklim, musim kering yang berkepanjangan, serta kenaikan permintaan air bersih untuk industri dan rumah tangga menjadi tantangan tersendiri. Dalam kondisi ini, desalinasi menawarkan solusi yang dapat membantu menjaga ketahanan pasokan air di masa depan.
Namun, desalinasi bukan tanpa tantangan. Proses ini memerlukan teknologi canggih dan biaya operasional yang tinggi, terutama untuk membangun infrastruktur yang memadai. Selain itu, desalinasi dapat berdampak pada lingkungan, seperti peningkatan konsumsi energi dan potensi pencemaran air laut di sekitar lokasi fasilitas desalinasi.
Pemerintah kota Balikpapan harus mempertimbangkan aspek-aspek tersebut secara matang. Dengan melakukan kajian ulang ini, Balikpapan berusaha memastikan bahwa pilihan desalinasi tidak hanya layak dari sisi teknis, tetapi juga berkelanjutan secara ekonomi dan ramah lingkungan dalam jangka panjang. Alternatif lain, seperti optimalisasi penggunaan air hujan, konservasi air, atau peningkatan pengelolaan air limbah, juga dapat menjadi bagian dari solusi yang lebih holistik.
Jika desalinasi menjadi pilihan yang diambil, Balikpapan bisa menjadi salah satu kota di Indonesia yang memelopori teknologi ini, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi besar untuk memanfaatkan air laut sebagai sumber daya yang melimpah.